S1 KEPERAWATAN

Rabu, 29 Oktober 2014

OBESITAS



I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Secara garis besar, masalah gizi terbagi menjadi dua, yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Kecenderungan masalah gizi lebih di masyarakat disebabkan oleh meningkatnya modernisasi di berbagai bidang. Hal ini diperparah dengan menjamurnya berbagai macam restoran fast food dari negara maju yang masuk ke negara berkembang. Ini menyebabkan obesitas tidak hanya menyerang kalangan ekonomi atas tetapi juga ekonomi bawah. Berdasarkan Susenas 1999, prevalensi gizi lebih pada balita di Indonesia diperkirakan sekitar 5.3 % di kota dan 4.27% di desa.
Masalah gizi lebih tidak hanya menyebabkan kegemukan dan obesitas tetapi juga memicu penyakit lain misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan lain-lain. Komplikasi antara obesitas dengan penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian.
I.2 Tujuan
· Mengetahui definisi obesitas
· Mengetahui kriteria dan klasifikasi obesitas
· Mengetahui faktor – faktor penyebab obesitas
· Mengetahui dampak dari obesitas
· Mengetahui cara mengatasi dan mencegah obesitas
II. METODE
II.1 Waktu danTempat Pengumpulan Data
Data-data untuk penulisan makalah ini kami dapat dari Perpustakaan GMSK dan LSI, serta dari beberapa situs di internet. Pencarian dan pengumpulan data kami lakukan dari tanggal 22 Feb – 6 Maret 2007.
II.2 Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang kami lakukan dalam penulisan makalah ini adalah dengan melakukan tinjauan terhadap beberapa pustaka.
II.3 Kriteria Penentuan Masalah Obesitas :
  • Menggunakan antropometri :
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI)
  • Melihat distribusi lemak dengan menggunakan : pengukuran lingkar lengan atas (LLA), pengukuran lingkar panggul / pinggang, dan melihat ciri fisik bentuk tubuh.
  • Secara biokimia, penentuan lemak dalam tubuh :
Menggunakan Bio – Impedance analisis (BIA) untuk mengukur prevalensi massa lemak / FM (%) dan massa lemak bebas/ FFM (kg), biasanya digunakan di negara maju.
III. Hasil
Obesitas menjadi suatu penyakit epidemik yang terjadi tidak hanya di negara- negara maju saja, tapi sudah merebak di seluruh dunia dan menjadi isu global yang terjadi di belahan dunia manapun. Saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas, dan angka ini masih akan terus meningkat  dengan cepat. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk Amerika Serikat akan menjadi obese.
Perkiraan prevalensi overweight dan obesitas dalam % populasi :
Perkiraan prevalensi overweight dan obesitas di Indonesia
(Dit BGM DepKes, 1997)
Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penangan secara serius.
IV. PEMBAHASAN
IV.1 Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal (Rimbawan 2004).
Definisi obesitas menurut para dokter adalah sebagai berikut:
· Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
· Suatu penyakit kronik yang dapat diobati
· Suatu penyakit epidemik (mewabah)
· Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup
· Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi
IV.2 Kriteria dan Klasifikasi Obesitas
1. Antropometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) /
Body Mass Index (BMI)



IMT= BB (kg)
T2 (m)
Perbandingan antara kriteria BMI WHO tradisional dan Asia Pasifik
(IOTF, WHO 2000)
Kategori
BMI WHO tradisional (kg/m2)
BMI (kg/m2) Asia Pasifik
Risk of Co-morbidities
Underweight
< 18.5
< 18.5
Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat)
Batas Normal
20-20.5
18.5 – 22.9
Rata rata
Overweight:
>25
> 23

At Risk
25-30
23.0 – 24.9
Meningkat
Obese I
30-40
25.0 – 29.9
Sedang
Obese II
>40
> 30.0
Berbahaya
Pada tahun 2000 diselenggarakan ’ The Asia Pasific Persfective : Redefining Obesity and Treatment’ yang mengahasilkan rekomendasi pengukuran indeks baru untuk penentuan status overweight dan obesitas di kawasan Asia Pasifik. Penelitian dilakukan oleh para ahli berdasarkan bukti – bukti medis (Evidance Based Medicine) yang menunjukan hasil bahwa penduduk Asia cenderung tidak memperlihatkan tanda- tanda overweigth walaupun udah menderia obesitas abdominal.
2. Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh
Disribusi lemak dalam tubuh dapat diketahui dengan menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LLA), pengukuran lingkar panggul / pinggang, dan melihat ciri fisik bentuk tubuh.
Lemak yang berada di sekitar perut memberikan resiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan lemak di daerah paha atau bagian tubuh.yang lain. Suatu metoda yang sederhana namun cukup akurat untuk mengetahui hal tersebut adalah lingkar pinggang.
Pengukuran lingkar panggul / pinggang
Pengukuran
Pria

Wanita


Resiko Meningkat
Resiko sangat meningkat
Resiko meningkat
Resiko sangat meningkat
Lingkar pinggang
>94 cm
>102 cm
>80 cm
>88 cm
Pengukuran lingkar lengan atas (LLA) pada wanita usia subur (20-45 th)
LLA (cm)
Kriteria
25.7-28.5
Normal
28.5-34.2
Obesitas
34.2-39.7
Obesitas berat
>39.7
Obesitas sangat berat
Bentuk tubuh berdasarkan ciri fisik dan resiko
Bentuk Tubuh
Ciri Fisik
Resiko
Gynoid (Bentuk Peer)
Lemak disimpan di sekitar pinggul dan bokong Tipe ini cenderung dimiliki wanita.
Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali resiko terhadap penyakit arthritis dan varises vena (varicose veins).
Apple Shape (Android)
.
Biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Pria kurus dengan perut gendut lebih beresiko dibandingkan dengan pria yang lebih gemuk dengan perut lebih kecil
Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid, karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain.
Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah “besar di seluruh bagian badan”. Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik
Resiko sama dengan tipe Gynoid.
3. Secara biokimia
Di negara maju, penentuan lemak dalam tubuh dilakukan dengan menggunakan Bio – Impedance analisis (BIA) untuk mengukur prevalensi massa lemak / FM (%) dan massa lemak bebas/ FFM (kg). Berikut adalah cara mengukurnya:





Segal (S) menggunakn BIA, memvalidasi pada populasi kulit putih dan hitam :
FFMs = {3.43+(0.45xH2/Z100)+0.14xW}/0.74




Kemudian Desport merumuskan :
FM (%) = 100 X ( 4.95/ D-4.5 )
Zillikens (Z) menghitung FFM dengan acuan tinggi dan berat badan :
FFMz (kg) = {3.751+ (0.59xH2/Z50)}/0.74

Druenberg (D), membedakan berdasarkan sex/kelamin :
FFMo =3.9 + (0.672 x H2/Z50) + ( 3.1 x sex )
Keterangan:
Z50 : Start pengukuran dengan Bio-impedance meter pada 50KHz
H : tinggi (m)
W : Berat badan (kg)
Sex : laki – laki =1, wanita = 0
D : faktor Durenberg
IV.3 Faktor- Faktor Penyebab Obesitas
Beberapa faktor utama penyebab kegemukan dan obesitas adalah genetik, fisiologis, makanan, dan perilaku (gaya hidup). Dua faktor terakhir dapat dimodifikasi untuk menurunkan berat tubuh.
Anak yang mempunyai orang tua gemuk atau obese kemungkinan menderita kegemukan atau obesitas lebih tinggi daripada anak yang orang tuanya tidak obese. Kemungkinan tersebut menjadi lebih besar bila kedua orang tuanya menderita obesitas. Faktor genetik yang dimiliki akan meningkatkan kerentanan seseorang menderita obesitas ketika keadaan lingkungan mendukung.
Pola makan berperan besar terhadap kegemukan atau obese. Pola makan yang tinggi kalori dan lemak menyebabkan penimbunan energi dalam bentuk lemak. Hal ini diperparah dengan kurangnya aktivitas fisik yang berarti makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak lemak yang ditimbun.
Menurut Peter J. Brown, secara garis besar penyebab obesitas dibagi menjadi dua, yaitu sebab biologik (genetik, fisiologis, asupan makanan) dan sebab budaya (perilaku yang menyangkut gaya hidup, modernisasi ekonomi, dan kelas sosial).
Menurut Ali Khomsan, penyebab obesitas terbagi dua, yaitu Exogenous (konsumsi pangan tinggi lemak yang berlebihan) dan Endogenous (kelainan masalah metabolik, yang menyebabkan kenaikan nafsu makan secara berlebihan).
Adapun beberapa penyebab umum obesitas yang sering terjadi di masyarakat adalah
1. Eating disorder ( kelainan pola makan )
· Orthorexia Nervosa : prilaku ekstrim dalam aturan makan yang belum pernah digambarkan di bawah panduan ( manual diagnostik klinis ), penyakit ini menyebabkan seseorang terobsesi melakukan diet yang bertentangan dengan hidupnya.
· Sindrom makan malam : terdiri dari pagi anorexia ( menunda makan sampai benar – benar kelaparan ) dan malam hyperphagia ( kenaikan selera makan secara tiba – tiba, berkaitan dengan kerja hypothalamus ).
· Sleep eating disorder : Kombinasi antara kelainan tidur dan cara makan.
· Kelebihan konsumsi makanan : tidak hanya tejadi di negara maju, akibat adanya fast food sindrom.
2. Gangguan metabolik
Gangguan metabolik yang menyebabkan terjadinya obesitas berupa gangguan pada sistem tubuh misalnya gangguan pada sistem pencernaan dan efisiensi penyerapan zat gizi makro (energi, protein dan lemak).
3. Gaya hidup yang serba modern
Gaya hidup di era modern dengan aktivitas fisik ringan akan memudahkan terjadinya penumpukan lemak tubuh. Adanya sindrom fast food juga memperparah tingkat obesitas yang terjadi di masyarakat
IV.4 Dampak Obesitas
Kenaikan berat badan akibat konsumsi lemak berlebihan akan berdampak buruk bagi tekanan darah. Mereka menjadi lebih rentan terhadap masalah hipertensi. Selanjutnya hipertensi dan kegemukan ini dua-duanya menjadi penyumbang faktor resiko munculnya penyakit jantung koroner (PJK).
Obesitas cenderung menjadi diabetogenik (menyebabkan diabetes), terutama bila sudah berlangsung lama. Obesitas meningkatkan resiko menderita hiperlipidemia, penyakit hati dan kantong empedu, osteoartristis, kanker, dan penyakit saluran pernapasan. Penderita obesitas juga beresiko lebih tinggi menderita encok dan tidur mendengkur dibandingkan dengan orang yang berat tubuhnya normal. Selain itu obesitas dapat memperpendek harapan hidup penderitanya.
Selain menyebabkan masalah fisiologis obesitas juga menyebabkan masalah emosional dan psikologis seperti berkurangnya kepercayaan diri karena penampilan fisik ’kurang menarik’.
IV.5 Cara Mengatasi dan Mencegah Obesitas
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tipe pangan yang kita masukkan ke dalam tubuh menentukan yang akan dibakar dan yang akan disimpan sebagai lemak tubuh. Oleh karena itu kita harus pandai memilih makanan yang akan kita konsumsi. Pangan berkadar IG (indeks glikemik) rendah akan membantu dalam penurunan berat badan karena pangan tersebut dapat mengenyangkan dalam waktu yang cukup lama dan dapat membantu membakar lemak tubuh lebih banyak
Bagi penderita obesitas parah (BMI > 40) dan penderita obesitas agak parah (>35) dengan komplikasi kesehatan (komorbiditas) yang serius, maka pembedahan dapat merupakan suatu pilihan. Pembedahan memang dapat menghasilkan penurunan BB dalam jumlah besar yang biasanya dapat dipertahankan selama > 5 tahun.
Pada awalnya, penurunan BB setelah pembedahan terjadi dengan cepat, selanjutnya bertahap secara perlahan sampai lebih dari 2 tahun.  Penurunan BB yang terjadi ini berbanding langsung dengan tingkat obesitas dan biasanya bervariasi antara 40 dan 60 kg.
Berikut adalah beberapa tindakan medis yang umumnya dilakukan untuk mengatasi obesitas parah (BMI > 40) :
  1. Gastric Bypass, memilih lubang duodenum (bagian terkecil dari usus) untuk dipotong atau disumbat. Cara ini sangat efektif untuk mengurangi jumlah absorpsi makanan yang masuk.
  2. Distal Gastric Bypass, modifikasi prosedur dimana kantung lambung dipasang lebih rendah daripada usus halus. Prosedur ini lebih berisiko dan hanya digunakan untuk pasien superobesitas (BMI > 50).
  3. Laparoscopy, operasi yang dilakukan pada lambung dan usus halus atau keduanya. Lebih banyak digunakan daripada cara konvensional karena berisiko lebih rendah. Operasi ini menggunakan beberapa sayatan kecil mengganti operasi besar dengan alat bantu pencil-thin.
Untuk menghindari obesitas ke tingkat yang lebih tinggi sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengubah jumlah makanan yang dimakan, ukuran makanan, waktu makan (frekuensi) dan komposisi nutrisi khusus dari makanan itu.
2. Meningkatkan aktivitas fisik terutama yang melibatkan gerak seluruh tubuh. Latihan fisik bukan hanya sekedar pengeluaran energi, tetapi dapat pula menekan nafsu makan, mengurangi stres, menekan tingkat serum insulin, menambah massa bukan lemak dalam tubuh, meningkatkan kapasitas penanganan karbohidrat, penurunan kemungkinan hiperensi, menurunkan serum trigliserid dan resistensi kerusakan tulang, serta meningkatkan rasio rasio kolesterol lipoprotein yang dapat melindungi tubuh kita dari penyakit jantung.
3. Menghindari diet rendah kalori. Diet rendah kalori akan menurunkan kebutuhan energi sehingga merusak kestabilan metabolisme. Karena diet memperhemat metabolisme yang memang sudah hemat dan menyebabkan kebutuhan diet lebih jauh secara kontinyu dan berat badanpun mungkin turun tetapi akan cepat naik kembali apabila mengkonsumsi jumlah kalori yang melebihi jumlah kalori saat diet.
4. Mengurangi asupan makanan yang banyak mengandung lemak atau padat kalori. Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat misalnya buah dan sayur.
5. Penanaman motivasi. Menanamkan keyakinan bahwa program penurunan berat badan akan berhasil mencapai berat ideal jika kita mau berusaha lebih keras dan mau berkomitmen untuk melakukannya secara kontinyu.
6. Mengetahui dan melaksanakan cara hidup yang tepat dan sehat sedini mungkin.
V. Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Kriteria dan klasifikasi obesitas secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan ciri fisik klinis yang terjadi dan antropometri (berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI) dan berdasarkan pengukuran rasio lingkar pinggang dan perbandingan antara lingkar pinggang dengan lingkar pinggul) dan secara biokimia (penentuan lemak dalam tubuh dilakukan dengan menggunakan Bio – Impedance analisis (BIA)).
Faktor-faktor penyebab obesitas adalah faktor genetik, fisiologis, makanan, dan pola makan (gaya hidup). Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah pola makan (gaya hidup). Gaya hidup yang salah akan memperparah tingkat obesitas.
Dampak-dampak yang ditimbulkan dari obesitas selain menyebabkan masalah fisiologis, timbulnya beberapa penyakit, juga menyebabkan masalah emosional dan psikologis seperti berkurangnya kepercayaan diri karena penampilan fisik ’kurang menarik’.
Obesitas dengan BMI > 40 dapat diatasi dengan pembedahan sedangkan obesitas yang tidak terlalu parah dapat diatasi dengan cara hidup yang sehat dan seimbang.
V.2 Saran
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Selain itu disarankan pula melakukan exercise dengan prinsip FIT ( frequency, intensity and time).
Bagi penderita super obesitas disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui treatment (jenis bedah atau terapi) apa yang dibutuhkan dan cocok untuk keadaannya.
VI. Daftar Pustaka
Budiarsi. 2004. Sepertiga Penduduk Bumi, Kegemukan. PT. Roche. www.obesitas.web.id
Chandrawinata, J. 2003. Kegemukan Pada Wanita di Usia Matang. PT. Roche. www.obesitas.web.id
Hanim, Diffah. 2004. Pengkajian Penentuan Status Gizi ’Studi Obesitas’ Pada Wanita Usia Subur (20-45 tahun). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Katahn, Martin. 1987. Program 28 Hari Tanpa Diet. Semarang : Dahara prize.
Podolefsky, Aaron. 2001. Applying Cultural Anthropology an Introductiory Reader. California : Myfield Publishing Company.
Khomsan, Ali. 2005. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Bogor : IPB Press.
Rimbawan. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Depok : Penebar swadaya.
Rodrig N. 2003. New Obesity Index is Now Recomended for Asia Pasific Medical News. www.amn.com.
Steven B, Halls. 2003. Relationship Between The Body Mass Index and Body Compotition. Article : Review and Comment (last edited 10 November, 2003), Copyright.
Spector, W. G. dan T. D. Spector. 1993. Pengantar Patologi Umum. Yogyakarta : UGM Press.